Rabu, 22 September 2010

Mengenal Teolog Terkenal & Karyanya (1)

Karl Barth (Swiss Reformed Theologian)

 Lahir di Basel (Swiss) 10 Mei 1886
Meninggal di Basel 10 Desember 1968 (pada usia 82).
Pekerjaan: Teolog dan Penulis
Aliran: Neo-Ortodoksi
Ide terkenal: Teologi Dialektika
Karyanya yang terkenal: Tafsiran Surat Roma (1919); Dogmatika Gereja (1932-1968)



Sekilas teologianya:

Ketika Barth lulus perguruan teologi, ia menjadi pendeta di Safenwill, sebuah desa di  Swiss. Berdasarkan pengalamannya menjadi pendeta inilah, ia menjumpai bahwa teologi yang telah dipelajarinya itu tidak mampu membawakan  firman Allah kepada manusia. Ia yakin bahwa untuk memberitakan firman Allah kepada umat Kristen, caranya harus berbeda dengan yang ia pelajari. Bagaimana Alkitab dapat diberitakan dengan cara yang benar? Bagaimana mungkin, ia sebagai manusia berani berbicara tentang Allah? Bagaimana mungkin bahwa firman Allah diucapkan oleh manusia? Sebagai teolog, Barth merasa wajib berbicara tentang Allah, tetapi sebagai manusia ia  merasa tidak mampu melaksanakannya.

Pangkal pemikiran Barth adalah demikian:
Seorang teolog harus menghormati firman Allah, bukan menghormati sejarah. Sebab teologi merupakan penyataan atau wahyu Allah. Jadi, teologi tidak boleh berpangkal pada gagasan manusia tentang Allah.  Teologi harus berpangkal pada gagasan Allah tentang manusia, bagaimana Allah berbicara dan berpikir tentang manusia.  Seorang teolog tidak boleh menurunkan kebenaran Allah dari sejarah, dengan memakai hukum-hukum ilmu sejarah sebagai sarananya (demikian juga dengan secara psikologi atau secara filsafat).
Seorang teolog hanya diperkenankan melakukan satu hal, yaitu: harus mendengarkan firman Allah dan menerangkannya. Seorang teolog harus berdiri berdasarkan Alkitab.

Teologi Karl Barth dalam Romerbrief (Tafsiran Surat Roma)
Dasar pemikiran Barth di dalam bukunya adalah demikian. Allah itulah Allah. Ia berbeda sekali dengan manusia. Allah berada di sorga, manusia di bumi. Oleh karena itu, tema Alkitab pada pokoknya menunjukkan nisbah antara Allah dan manusia, dan sebaliknya, nisbah antara manusia dan Allah. Di antara Allah dan manusia ada perbedaan secara kualitatif, sehingga keduanya tidak dapat diputarbalikkan. Di antara Allah dan manusia ada jarak yang tak terjembatani, ada daerah bumi hangus, ada daerah vakum (ruang kosong). Tetapi jarak yang terbesar antara Allah dan manusia itujustru menunjukkan kesatuan di antara keduanya. Manusia bersatu dengan Allah, jika ia mau mengakui bahwa ada jarak antara dia dan Allah.

Teologi Karl Barth juga disebut "teologi dialektis", artinya bahwa di dalam teologi ini Barth mempergunakan metode dialektis. Menurut Barth, kita hanya dapat mengerti Allah dalam kegandaan, yaitu suatu berganda yang bersifat dialektis. Di situ sesuatu harus diuraikan dengan 2 cara, agar kesatuannya sungguh-sungguh menjadi nyata. Kebenaran Allah tidak mungkin diungkapkan hanya dalam bentuk yang meneguhkan (afirmatif) saja, kebenaran itu harus juga diungkapkan dalam bentuk negatif. Setiap pernyataan yang positif tentang Allah harus segera diikuti oleh pernyataan yang negatif, misalnya jika kita mengatakan bahwa Allah menyatakan atau memperkenalkan diri, ungkapan itu harus segera disusul oleh pernyataan bahwa Allah menyembunyikan diri. Demikianlah, berbicara tentang Allah dengan cara yang benar berarti bergerak terus dalam gerakan
dialektis. "Ya" dan "tidak" tidak pernah dapat dipersatukan di dalam suatu sintesis yang lebih tinggi. Cara berbicara yang demikian itu bermaksud untuk menunjukkan bahwa cara manusia berbicara tentang Allah tidak pernah mencukupi. Manusia harus sadar bahwa semua teologi itu nonsense (tanpa arti). Jika manusia mau mengakui hal ini maka pembicaraannya tentang Allah mempunyai arti juga.

Serba-serbi

Paus Pius XII menyebutnya sebagai teolog yang paling penting sejak Thomas Aquinas. Barth menolak tren teologi Protestan yang liberal pada masanya (abad 19-an), dan memulai sejenis aliran teologi yang disebut Teologi Dialektika, yang menekankan ketegangan paradoks natur kebenaran ilahi, misal: hubungan Allah dengan manusia meliputi baik kasih-Nya dan juga penghukuman-Nya. Pengkritiknya mencap Barth sebagai Bapak Neo-Ortodoksi, istilah yang ditolak Barth sendiri. Deskripsi paling akurat mengenai teologinya mungkin adalah "Theology of the Word." Bahkan pada awalnya teologi Barth dianggap sebagai reaksi terhadap teologi dari Friederich Schleiermacher.

1 dekade setelah Perang Dunia I, Barth terhubung dengan sejumlah teolog-teolog lain, yang sebenarnya sangat bertolak belakang namun sama-sama bereaksi terhadap liberalisme, dalam gerakan yang dikenal sebagai Teologi Dialektika.  Anggota gerakan ini antara lain: Rudolf Bultmann, Eduard Thurneysen, Emil Brunner dan Friederich Gogarten. Ekspresi teologi Barth yang paling jelas dijumpai di dalam 13 volume "magnum opus-nya" the Church Dogmatics.  Dogmatika Gereja-nya secara luas dihargai sebagai karya
teologi yang paling penting dalam abad ini.  Dogmatika Gereja membahas 4 doktrin utama: Pewahyuan, Allah, Penciptaan dan Penebusan atau Rekonsiliasi.

Beberapa kutipan terkenal dari Barth (sengaja tidak diterjemahkan supaya tidak kehilangan maknanya):
  • Jesus does not give recipes that show the way to God as other teachers of religion do. He is Himself the way.
  • The best theology would need no advocates: it would prove it self. 
  • Belief cannot argue with unbelief, it can only preach to it. 
  • There is a notion that complete impartiality is the most fitting and indeed the normal disposition for true exegesis, because it guarantees complete absence of prejudice. For a short time, around 1910, this idea threatened to achieve almost a canonical status in Protestant theology. But now, we can quite calmly describe it as merely comical.

    • Church Dogmatics 1:2, 469

  • The center is not something which is under our control, but something that controls us. 

    • Church Dogmatics 

  • To clasp the hands in prayer is the beginning of an uprising against the disorder of the world.
  • In the Resurrection the new world of the Holy Spirit touches the old world of the flesh, but touches it as a tangent touches a circle, that is, without touching it.

    • Barth 1933, p. 30

  • What expressions we used - in part taken over and in part newly invented! - above all, the famous 'wholly other' breaking in upon us 'perpendicularly from above,' the not less famous 'infinite qualitative distinction' between God and man, the vacuum, the mathematical point, and the tangent in which alone they must meet.

    • Barth 1960, p. 42

  • It may be that when the angels go about their task of praising God, they play only
  • Bach. I am sure, however, that when they are together en famille they play Mozart and that then too our dear Lord listens with special pleasure.

Disarikan dari beberapa sumber oleh Johannes L.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar